Selasa, 17 Februari 2009

PRAMUKA dan Perubahan Zaman

Jangan Lengah!

Kelengahan menimbulkan kelemahan

Kelemahan menimbulkan kekalahan

Kekalahan menimbulkan penderitaan


Bait-bait peringatan diatas adalah bagian dari "Sandi Ambalan " di SMAN 1 Jatiwangi, semacam petuah yang sudah ribuan kali dibacakan di berbagai kesempatan. Terakhir kali ketika saya dan teman-teman aktifis Pramuka angkatan 2007 meninggalkan ambalan, kata-kata diatas itu pun masih dibacakan, bahkan setelah 1 tahun dan hingga sekarang 2 tahun lebih kami meninggalkan ambalan, seragam "coklat tanah dan coklat air sungai" masih terlihat. Hal ini merupakan sebuah kebanggaan tentunya bagi setiap orang yang telah memperjuangkan kokohnya PRAMUKA di SMA ini.

Gerakan Pramuka, pada masa jabatan kami (2005/2006) mungkin dapat disebut berada dalam masa-masa krisis. Saat itu PRAMUKA sebagai sebuah organisasi yang harus diikuti selama setahun oleh setiap siswa di SMA, berubah status menjadi “tidak diharuskan”, bahkan terancam dibubarkan. Tentunya ada serangkaian proses yang telah dilalui sampai hal ini terjadi. Dan kata kunci dari proses itu menurut saya adalah tentang perubahan zaman, yang akhirnya berujung kepada perubahan paradigma, perubahan cara pandang. Proses itu tentunya didorong oleh beberapa faktor.

Pertama, adalah tentang perubahan di dunia teknologi informasi, yang menyebabkan setiap kejadian yang ada dapat dengan mudah dan cepat diinformasikan kepada masyarakat umum. Kegiatan Pramuka pada praktiknya memiliki hubungan cukup “dekat” dengan kegiatan semi militer, sehingga kemajuan di bidang teknologi informasi ini “memaksa” setiap Stackholder (pemangku kepentingan) di organisasi ini untuk lebih

berhati-hati dalam melakukan setiap kegiatannya. Karena memang pada esensinya, salah satu tujuan kegiatan Pramuka adalah untuk mendidik anggotanya menjadi manusia yang kuat secara fisik dan mental, namun hal ini bukan berarti harus berorientasi militer.

Setidaknya akan ada dua pihak yang menyikapi perkembangan teknologi informasi ini, yang acuh dan yang tanggap. Mereka (stackholder) yang acuh pada akhirnya akan menghadapi resiko yang besar, yaitu suatu ketika akan terjadi penyimpangan (seperti terjadinya kegiatan fisik diluar batas yang diizinkan) dan selanjutnya tentu sampai kepada masyarakat melalui media. Jika hal ini terjadi, tidak hanya stackholder di Pramuka yang akan terlibat, tetapi juga di stackholder sekolah yang menaungi Gerakan Pramuka tersebut. Pada ujungnya tentu akan berimbas kepada di bubarkannya organisasi Pramuka di sekolah tersebut, lebih jauh lagi akan mempengaruhi reputasi gerakan Pramuka di tingkat yang lebih tinggi. Sebaliknya mereka yang tanggap terhadap perkembangan teknologi informasi ini, akan dengan segera membenahi sistem yang dianggap bobrok, usang, beresiko, dan tak bermanfaat. Bahkan, mereka akan cenderung memanfaatkan teknologi informasi ini untuk “mempercepat laju” perkembangan Gerakan Pramuka.

Kedua, adalah berubahnya kebutuhan. Di Pramuka kita mengenal ada berbagai keahlian/keterampilan seperti tali temali, sandi (morse, semaphore, dll), keahlian P3K, baris berbaris, dan sebagainya. Namun apakah keterampilan dan atau pengetahuan itu semuanya berguna bagi setiap anggota?? Tentu. Namun, setiap stackholde haruslah sadar bahwa ada beberapa keterampilan yang pada kenyataannya jarang digunakan, sehingga harus diakui bahwa keterampilan / pengetahuan itu tidak terlalu berguna. Karena memang dengan perkembangan zaman, maka semakin berkembanglah kebutuhan manusia. Oleh karena itu, ketika Pramuka berarti Praja Muda Karana (Rakyat Muda yang Berguna), maka sudah seharusnya setiap anggota Pramuka haruslah menyesuaikan diri agar bakti dan usaha mereka sesuai dengan kebutuhan zamannya. Hal ini bukan berarti bahwa saya menyuruh untuk meninggalkan keterampilan “zaman baheula” itu, namun cukup bijaklah sekiranya jika keterampilan tersebut diberi porsi yang lebih sedikit sedangkan keterampilan-keterampilan baru yang benar-benar dibutuhkan dan berguna memiliki porsi yang lebih banyak.

Ketiga, adalah tentang senioritas. Setiap manusia yang terlibat dalam dunia kerja dan atau dunia pendidikan, niscaya senioritas adalah sesuatu yang diperlukan. Keharusan untuk menghormati seseorang yang punya pengalaman lebih adalah sesuatu yang wajar dan etis. Namun, beberapa tahun terakhir ini Senioritas seringkali dianggap sebagai sesuatu yang negatif, karena banyaknya kejadian kekerasan fisik didunia pendidikan terutama. Hal ini tentunya bukanlah salah dari ‘Prinsip Senioritas’ sendiri, namun masyarakat cenderung tak mau tahu dan menganggap ‘senioritas’ telah ikut andil bagian dalam beberapa tindakan ‘tak manusiawi’. Gerakan Pramuka yang seharusnya menunjukkan bahwa senioritas memiliki efek positif, kadangkala malah sering bertindak sebaliknya. Maka dari itu setiap Gerakan Pramuka dituntut untuk merubah setiap sistem yang memberikan celah kepada senior untuk dengan semena-mena menindas juniornya.

Proses perubahan Gerakan Pramuka tentunya tidak hanya dialami oleh SMAN 1 Jatiwangi belaka. Perubahan Zaman pun tidak hanya memaksa Gerakan Pramuka untuk berubah, namun segala hal yang ada pada suatu zaman, dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan zamannya tersebut. Tapi ada hal yang harus senantiasa ada dan dipegang teguh, yaitu kepercayaan akan tuhan, norma agama, nilai-nilai moral, kasing sayang dan cinta.

Semoga Gerakan Pramuka akan terus dapat berkembang dan berubah kearah yang lebih positif, di SMAN 1 Jatiwangi khususnya. Amiiin.


by Muhammad Nur Fajar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar